Profesi seorang dokter di mata
masyarakat umumnya sebuah profesi yang menjanjikan kemakmuran, kemewahan dan
mudahnya mendapatkan uang. Jarang orang membayangkan seorang dokter hidup
pas-pasan atau sederhana, meski hanya seorang dokter umum, apalagi jika
membayangkan kehidupan seorang dokter spesialis.
Image seorang dokter yang hidup
berkecukupan atau mewah dianggap wajar dengan lamanya waktu kuliah, mahalnya
biaya kuliah di fakultas kedokteran dan jalan yang harus ditempuh cukup berliku
disbanding seorang PNS biasa. Belum lagi seorang dokter diwajibkan menjalani
praktek kerja lapangan di daerah, daerah terpencil atau sangat terpencil dengan
jangka waktu tertentu.
Saat ini populasi dokter di
Indonesia 1:2500 yang artinya 1 orang dokter melayani sedikitnya 2500 pasien.
Dari angka rasio tersebut sebenarnya kebutuhan dokter di Indonesia terbilang
cukup. Yang menjadi masalah penyebaran dokter di Indonesia tidak merata, misal di
Jakarta jumlah dokter 157 untuk melayani 100.000 orang, yang perbandingannya
sangat jauh berbeda dengan di daerah dimana 1 orang dokter harus melayani lebih
dari 10.000 orang.
Hal itu disampaikan Drg. Usman Sumantri M.Sc Kepala Badan PPSDMK Kementerian
Kesehatan dalam diskusi publik Nusantara Sehat : Karir dokter dan dokter gigi
di era JKN beberapa hari lalu di gedung Adiyatma Kementerian Kesehatan Jakarta.
Dalam diskusi yang dipandu Maman Suherman “sang Notulen” dan Ira Koesno diikuti
berbagai lapisan masyarakat, alumni dokter, Tenaga medis pemerintah dan swasta,
Fakultas-fakultas kedokteran dan lain-lain.
Diskusi ini menyoroti peranan pemerintah dalam
mendistribusikan dokter dan tenaga medis di daerah terutama di daerah terpencil
untuk memberikan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat. Pemerataan tenaga
kesehatan mulai dari dokter, bidan, dokter gigi, analis kesehatan dan
tenaga-tenaga medis lain yang diberi nama Nusantara Sehat adalah bentukan team
kesehatan yang idenya digulirkan oleh Menteri Kesehatan Nila Moeloek, sebagai alternatif
menggantikan tenaga dokter PTT yang segera berakhir pelaksanaannya.
Penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim
(Nusantara Sehat) merupakan salah satu program prioritas Kementerian Kesehatan
untuk memperkuat pelayanan kesehatan di Puskesmas di Daerah terpencil,
tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK). Tahun 2015 lalu telah ditempatkan
120 tim tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter,dokter
gigi,perawat,bidan,tenaga gizi,ahli gizi, laboratorium medik,tenaga kesehatan
lingkungan,tenaga farmasi dan tenaga kesehatan masyarakat di 120 Puskesmas di
DTPK.
Sayangnya penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis
tim (Nusantara Sehat) masih memiliki
kelemahan dimana tenaga medis dokter dan dokter gigi masih kekurangan peminat,
sehingga di beberapa daerah tim yang bekerja ada yang tidak disertai dokter
atau dokter gigi. Sebenarnya penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim
(Nusantara Sehat) memiliki kelebihan dibanding program dokter PTT yang selama
ini dilaksanakan. Kelebihannya dengan berbasis tim, maka tenaga pelayan
kesehatan menjadi lebih lengkap.
Selain itu sebelum diberangkatkan mereka diberikan
training dan pelatihan selama 5 minggu. Tim peserta Nusantara Sehat diberikan
pelatihan bela negara dan menjalani pelatihan semi militer selain
memperkuat kemampuan medis yang sudah menjadi modal dasar peserta. Bahkan,
mereka diajarkan saat harus berada di tengah medan perang, letusan senjata api
seperti melatih kemampuan mereka merayap,
berguling untuk menyelamatkan diri. Ini dilakukan mengingat mereka akan
ditempatkan di Puskesmasyang
berada di perbatasan negara lain. Walau demikian,Puskesmas yang mereka tempati aman. Menteri Kesehatan RI Prof Dr dr Nila Moeloek, SpM(K) yang
datang terlambat dalam diskusi, itu karena harus mengadakan jumpa pers
berkaitan vaksin palsu, mengatakan Nusantara Sehat diharap dapat menekan
beberapa masalah kesehatan yang masih tinggi. Angka kematian ibu, angka kematian
bayi, gizi buruk, obesitas, dan penyakit tidak menular adalah contoh masalah
yang diharapkan bisa diantisipasi.
Menteri Nila Moeloek dan DrG. Usman Sumantri dalam diskusi publik Nusantara Sehat. foto: Fauzi Nurhasan |
Hal yang kemudian muncul dalam diskusi publik Nusantara
sehat adanya keluhan akan kelanjutan karir dokter para peserta tim Nusantara Sehat
yang masih belum jelas, meski sebelumnya telah dijanjikan adanya beasiswa dan
kemudahan untuk menjadi CPNS dan sebagainya. Nasib yang belum jelas ini memang
sedang digodok dan diupayakan oleh Kementerian Kesehatan. Beasiswa yang
diberikan oleh Kementerian Kesehatan ternyata tidak terlalu berarti karena
peserta Nusantara sehat tidak secara otomatis dapat langsung diterima untuk
melanjutkan menjadi dokter spesialis. Mereka seperti dokter-dokter lain harus
menjalani test dan harus lulus test agar dapat melanjutkan jenjang
pendidikannya.
Sebagian peserta diskusi mengharapkan adanya MOU antar
Kemenkes dengan Dirjen Ristek Dikti agar para peserta Nusantara Sehat yang
sudah menyelesaikan tugasnya mendapat kemudahan untuk melanjutkan jenjang
pendidikan spesialis kedokteran. Dalam kesempatan diskusi, seraya bercanda
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, barangkali saja peserta Nusantara
Sehat, karena masih muda bisa melupakan kekasih hati yang ditinggalkan di kota
dan mendapat jodoh di tempat tugasnya, agar pengabdiannya bisa berlangsung
lebih lama.”Tapi kalau nggak jodoh ya, ngak apa-apa, kalau kembali dan mau jadi
PNS, Kemenkes akan berupaya membantu” jelasnya, yang kemudian meninggalkan
ruangan karena harus menghadiri siding kabinet bersama Presiden.
Diakhir diskusi, notulen Maman Suherman membacakan
harapan program Nusantara Sehat agar para dokter dan dokter gigi mau dan
bersedia menutup kekosongan tenaga kesehatan khususnya di daerah terpencil
Indonesia sebagai upaya meningkatlkan dan pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar