Awalnya saya mengira undangan PT
Pertamina Patra Niaga yang mengundang para Blogger termasuk saya adalah
undangan biasa. Undangan yang kerap saya hadiri, terutama untuk sosialisasi
kebijakan atau informasi baru seperti halnya sebuah institusi atau lembaga.
Nyatanya sedikit berbeda ketika
saya dan beberapa rekan, bahkan ada yang datang dari Surabaya, saat bertemu Pjs Manajer External Communication di kantor
Pusat Pertamina, Ibu Susilowati. Beliau yang sudah bekerja lebih dari 30 tahun
memberikan informasi tentang isu akan mogok kerjanya awak mobil tanki yang
bekerja di Terminal Bahan Bakar Minyak Plumpang Jakarta Utara yang perlu dijernihkan
dan diklarifikasi agar tidak berkembang menjadi isu yang kontra produktif.
Isu mogok kerja ini sudah
berlangsung sejak awal November lalu, tepatnya tgl 1 – 4 Novemeber. Menurut
beliau isu ini dikembangkan secara massif di media social dengan melibatkan berbagai
federasi buruh. Isu mogoknya Awak Mobil Tanki (AMT) ini jika dibiarkan dan
terus dihembuskan secara negative dikhawatirkan akan mengganggu proses
distribusi bahan bakar minyak ke seluruh Jabodetabek hingga Sukabumi.
Padahal isu ini tidak begitu
nyata terdengar, karena mengingat awal November lalu ada isu yang jauh lebih
besar tentang penistaan agama. Meski
demikian ternyata isu mogok AMT yang bekerja mendistribusikan Bahan Bakar
Minyak dari Terminal Bahan Bakar Minyak yang dikelola PT Pertamina Patra Niaga dianggap sangat
serius sehingga memerlukan klarifikasi lewat para blogger untuk meredam isu
itu.
Dari informasi yang saya peroleh
membawa kami dan rombongan bertandang ke TBBM Plumpang untuk menyaksikan lebih
dekat dan menggali informasi yang sesungguhnya terjadi. Di Plumpang, kami
diterima oleh beberapa pejabat Pertamina Patra Niaga, seperti Bpk. Bahtra Insan Tarigan, Manager Corporate
Communication & CSR, serta beberapa staff dan supervisor TBBM Plumpang.
Distribusi bukan core bisnis
Dari Bpk. Bahtra Insan saya
peroleh informasi, isu mogok AMT yang sudah berlangsung selama 16 hari sejak 1
November lalu pada intinya adalah tuntutan para AMT untuk menjadi karyawan tetap
Pertamina, karena selama ini mereka hanyalah tenaga kerja yang dioutsourcing
oleh PT Pertamina, khususnya PT Pertamina Patra Niaga.
Tuntutan yang disuarakan sekitar
100 orang dari 1200 AMT yang bekerja mendistribusikan BBM dari TBBM Plumpang
ternyata telah ditunggangi oleh beberapa federasi buruh di sekitar lokasi TBBM
seperti buruh pelabuhan dll. Pasdahal tuntutan yang sama sebenarnya sudah
inkrah sejak tahun 2014 lalu dengan keputusan tingkat kasasi yang memutuskan bahwa
tidak mungkin AMT diangkat sebagai karyawan tetap Pertamina, karena antara AMT
dan PT Pertamina khususnya PT Pertamina Patra Niaga tidak ada hubungan kerja
secara langsung.
Menurut Bpk. Bahtra, pekerjaan
distribusi BBM bukanlah core bisnis dari Pertamina, atau PT Pertamina Patra
Niaga tetapi pekerjaan itu tetap penting dilakukan karena menyangkut harkat
hidup orang banyak. Karena bukan core bisnis maka pekerjaan distribusi itu
diserahkan kepada pihak ketiga dengan diawasi secara ketat oleh PT PPN. Karena
itulah PT PPN menganggap tuntutan AMT sulit untuk dikabulkan, apalagi dalam
kontrak kerja kepada para Vendor yang menyediakan SDM AMT sudah djelaskan filosofi
pekerjaan AMT tersebut.
PT Pertamina bukanlah
satu-satunya perusahaan yang melakukan pekerjaan dari negara, melainkan satu
diantara beberapa perusahaan yang mendapatkan pekerjaannya melalui tender. Kontrak
kerja dari negara itu masa berlakunya
setiap 2 tahun dan setiap 2 tahun dilakukan tender ulang. Karena perkerjaan
pengelolaan Bahan Bakar Minyak itu sifatnya temporer dan massif, diperlukan
pemisahan pekerjaan yang dilakukan langsung dan pekerjaan yang diserahkan
kepada pihak ke 3. Karena distribusi ini hanya bersifat penunjang dan negara
menugaskan bahan bakar yang dikelola harus sampai di SPBU, maka tugas itu tidak
dapat ditolak. Pekerjaan itu akhirnya dilakukan dengan cara mendelegasikan kepada pihak ke 3.
PT PPN menyediakan sarana seperti mobil tanki dengan berbagai ukuran, sementara
awak yang mengemudikan mobil tanki itu diserahkan pengelolaannya kepada Vendor
yang mampu menyediakan tenaga-tenaga yang sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan.
Dengan demikian jelas perusahaan
Vendor SDM mensuplly tenaga-tenaga yang kompeten untuk dipekerjakan membawa dan
mendistribusikan BBM PT PPN dari TBBM Plumpang ke berbagai SPBU. TBBM Plumpang
bertugas mensuplly BBM ke seluruh daerah Jabodetabek hingga Sukabumi.
Pertamina menjamin pasokan BBM
tetap aman
Isu mogok AMT ini sebenarnya
sudah berulangkali dan biasanya hanya melibatkan beberapa orang yang tidak puas
karena telah diputus kontrak akibat indisipliner atau hal-hal lain atau AMY
bermasalah yang telah mendapat SP1 hingga SP3. Tetapi PT Pertamina menganggap proses
distribusi bisa terganggu dan akan merugikan banyak orang jika AMT yang mogok
mencapai 1000 orang seperti yang dihembuskan lewat media-media sosial. Karena
itu meski sebenarnya bisa saja menolak, nyatanya PT PPN telah melakukan temu
bicara sampai 4 X yang difasilitasi pihak kepolisian dengan diawasi pihak ketenaga
kerjaan Jakarta.
PT PPN yang tidak mau mengambil
resiko telah mengerahkan AMT cadangan yang selama ini belum bekerja untuk
mengantisipasi kejadian yang terburuk. Sebanyak 400 AMT cadangan dari
Jabodetabek dan 600 dari daerah telah dikerahkan dan dikumpulkan di TBBM
Plumpamg. Ternyata isu mogok besar-besaran 4 November bertepatan dengan demo
yang skalanya lebih besar tidak terjadi. AMT yang mogok berkisar 40 hingga 100
orang, sehingga sebenarnya proses distribusi tetap berlangsung normal dan tetap
aman. Memang pada puncak aksi demo sempat membuat beberapa armada truk tanki
tertahan di pintu keluar (Get Out), tetapi setelah PT PPN meminta aparat
kepolisian menghalau aksi para AMT yang berdemo,armada truk tanki dapat keluar
dengan aman dan tetap mendistribusikan BBM ke SPBU-SPBU dengan tanpa gangguan.
PERAN AMT Penting tapi mogok
bukan alasan
Menurut Bpk. Bahtra Insan peran
AMT sangat penting dalam mendistribusikan BBM kepada masyarakat, tetapi mogok
kerja sebagai alasan untuk menuntut yang bukan haknya menurut beliau adalah
salah. Perasaan bangga dan bersyukur sebagai AMT yang mendistribusikan BBM ke
masyarakat tercermin dari pengakuan Pak Agus dan Pak Soleh, para AMT yang
sempat kami temui dan wawancara di Plumpang. Pak Agus, asal Palembang,
mengatakan tetap mengaku sebagai crew
driver BBM dan tidak mengaku-ngaku sebagai karyawan Pertamina jika ditanya apa
pekerjaannya. Pria lulusan S1 Ekonomi yang tinggal di Bogor ini sudah bergabung
sejak tahun 2007, merasa perlakuan PT
Pertamina melalui perusahaan PT SSS sebagai perusahaan Vendor sudah sangat baik.
Terbukti ketika mengalami kecelakaan kerja, ia tidak mengeluarkan biaya
sepeserpun, karena semua ditanggung oleh perusahaan. Bagi Pak Agus, meski telah
berganti lebih dari 2 kali perusahaan vendor, pekerjaan sebagai AMT sangat disyukuri
karena penghasilannya setiap tahun meningkat, baik karena UMP yang naik maupun
adanya uang performance yang dirasakan memicu semangatnya untuk tetap bekerja
dengan baik.
Demikian juga Pak Soleh, AMT asal
Indramayu yang telah memiliki 2 orang anak dan sudah bergabung menjadi AMT
sejak tahun 2007. Pak Soleh menilai pekerjaan AMT sebagai sebuah pekerjaan yang
patut disyukuri karena ia mampu menyekolahkan anak-anaknya, dan saat ini
putrinya yang pertama sudah duduk di bangku SLTA. Ketika ditanya mengenai unjuk
rasa dan aksi demo yang dilakukan oleh kawan-kawannya sesama AMT, pak Soleh
mengaku banyak mendapat curhat dari kawan-kawan yang menyesal telah ikut-ikut
demo. Karena rata-rata para AMT tinggal berdekatan di sekitar depo Plumpang, banyak
juga AMT yang mengatakan ingin kembali dan berharap dapat tetap dipekerjakan.
Menurut pak Bahtra, isu mogok dan
unjuk rasa ini telah menghabiskan banyak biaya, karena Pertamina menganggap
distribusi BBM adalah hal yang sangat sensitive. Tidak ada toleransi bagi
mereka yang mencoba-coba mengganggu jalannya distribusi BBM karena itu adalah
tugas dari negara dan PT PPN wajib mengamankan tugas itu berapapun biayanya. Jika
saat ini PT PPN belum mengambil sikap tegas dan masih mau melakukan temu
bicara, hal itu dilakukan karena PT Pertamina mengedepankan rasa kekeluargaan.
Tetapi jika mengingat aksi demo ini sudah dilakukan lebih dari 2 minggu dan
akibatnya AMT yang melakukan demo tidak melaksanakan perkerjaannya, tentu saja
akan mendapat konsekwensi sesuai kontrak yang sesungguhnya akan segera berakhir
di bulan Desember mendatang.
Sesungguhnya saya menjadi
mengerti mengapa seharusnya AMT lebih bersyukur dibanding menuntut apa yang
sebenarnya bukan hak mereka. Jika saja mereka mau bercermin kepada awak AMT
yang telah bertahun-tahun bahkan belasan tahun bekerja, apa yang mereka
dapatkan terbukti lebih baik daripada teman seprofesi yang bekerja di tempat
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar