Kehadiran saya di acara Simposium
Nasional Hari Diabetes Internasional Kementerian Kesehatan kali ini mungkin
yang ke sekian saat membahas penyakit Diabetes. Tak bosan-bosannya Kementerian
Kesehatan mengadakan acara diskusi, seminar, launching dan lain-lain tentang
diabetes menunjukkan betapa seriusnya Kementerian Kesehatan dalam mengatasi
prevalensi penderita Diabetes di Indonesia.
Penyandang diabetes di Idonesia
selama 10 tahun meningkat dengan tajam, bahkan orevalensi tahun 2030,
diperkirakan akan mencapai 21.3 juta orang. Hal ini disebabkan banyak orang
yang tidak sadar menderita dibetes karena gaya hidupnya. Berdasar data
Riskesdas 2013, hanya 1 dari 3 orang yang sadar dirinya menyandang diabetes,
sementara 2 lainnya tidak sadar.
Banyaknya masyarakat dewasa yang
belum atau tidak sadar dirinya menderita diabetes karena masih rendahnya
kemauan untuk memeriksakan diri secara mandiri. Pertanyaan ini mungkin
sederhana, berapa kalikah pembaca (terutama usia lebih dari 40 tahun)
memeriksakan gula darahnya dalam 1 bulan terakhir? Jawabannya mungkin
berbeda-beda, ada yang rutin 1 minggu 1X, ada yang 1-2 X sebulan atau mungkin
belum sama sekali. Mengapa memeriksakan gula darah sangat penting?
Penyakit yang digolongkan dengan
Penyakit tidak menular ini lebih banyak diakibatkan gaya hidup yang tidak
sehat. Direktur Pengendalian Penyakit tidak Menular, Dr. Lilik Sulistyowati,
gaya hidup yang cenderung malas melakukan aktifitas fisik seperti olahraga,
masih merokok, kurang istirahat, makanan yang tidak seimbang adalah penyebab
golongan usia dewasa rentan menderita diabetes.
Diabetes merupakan penyakit tidak
menular dengan tingkat kematian paling tinggi di dunia. Diabetes juga
mengurangi produktivitas kerja dan tingkat pendapatan, mengurangi kualitas
hidup yang kemudian mengarah kepada komplikasi selanjutnya, ungkap dr H.M
Subuh, Direktur Jenderal pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan, sebelum membuka symposium.
Dalam diskusi yang berlangsung di
JHCC pertengahan November lalu, saya mendapat informasi baru yang sangat
menarik. Acara seminar nasional tentang Diabetes menyambut hari Diabetes se
dunia kali ini mengambil thema “Eyes on Diabetes”. Kali ini Kementerian
Kesehatan mengajak untuk mencermati gangguan kesehatan mata akibat diabetes.
Dr Lilik Sulistyowati, dr HM Subuh MMPM, dan Prof Sidhartawan |
Bagi saya yang menyandang
diabetes sejak 2 tahun lalu, kesehatan mata saya memang sudah menurun, sehingga
harus menggunakan kacamata baca jika ingin melihat sesuatu dakam jarak dekat.
Membaca, menulis, atau bahkan mengetik di computer sudah tidak mampu saya
lakukan dengan baik tanpa kacamata. Pada awalnya saya hanya menduga karena faktor
U, usia yang tidak muda lagi memang sering saya baca akan mengalami penurunan
penglihatan.
Tetapi dalam diskusi kali ini,
ternyata diabetes dapat menyebabkan kebutaan, bukan hanya menurunkan fungsi
penglihatan. Kebutaan yang disebut retinopaty adalah kondisi
yang mempengaruhi kerja retina mata, yang merupakan lapisan syaraf yang berada
di bagian belakang mata dan yang menangkap gambar yang dilihat mata dan
mengirimkan informasinya ke otak agar dapat diterjemahkan oleh otak. Retinopati Diabetik pada awalnya
menyebabkan pandangan mengabur dan dapat berkembang menjadi kebutaan jika tidak
diobati.
Dalam diskusi yang menghadirkan Prof.
DR. dr. Sidhartawan Soegondo dijelaskan, Cepat atau lambat, diabetes akan
menyebabkan komplikasi jika tidak diobati. Menurutnya Diabetes tipe 2 yang
umumnya disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat dapat dicegah. Komplikasi
itu dapat berujung pada bermacam-macam gangguan, mulai dari mata, jantung,
darah tinggi yang dapat menyebabkan kematian. Diabetes adalah Ibu dari segala
penyakit, sehingga logikanya jika diabetes adalah seorang ibu, ia akan
melahirkan anak-anak berupa penyakit-penyakit lain. 80% penyandang diabetes
dapat disembuhkan dengan merubah gaya
hidupnya.
Khusus untuk diabetes retinopaty,
tidak ada gunanya mengkonsumsi wortwl atau vitamin A jika sudah mengalami
gangguan itu, karena yang diserang adalah urat-urat syaraf yang menuju retina.
Jika urat syarafnya sudah terganggu dan mengalami kerusakan, vitamin A, baik
dalam bentuk obat atau kandungan dari wortel, tidak akan dapat dibawa.
Istilahnya jalannya sudah rusak dan tidak bisa dilewati, sehingga tidak sampai
ke tempat tujuan. Akibatnya penyandang diabetes retinopaty akan mengalami
kemunduran penglihatan secara terus menerus hingga mengalami kebutaan. Yang
perlu dilakukan adalah memperbaiki jalan atau urat sayaraf yang rusak atau
mencegah kerusakan lebih lanjut.
Untuk mencegah jangan sampai mengalami
kerusakan lebih lanjut, maka gaya hidupnya yang perlu diubah. Sesuai dengan
program CERDIK, dari Kementerian kesehatan, Check kesehatan secara teratur,
Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik atau berolahraga, Diet makan
seimbang, Istirahat yang cukup dan kendalikan/Kelola Stress. Sangat penting
adalah melakukan check kesehatan secara teratur, salah satunya adalah melakukan
cek gula darah.
Cek gula darah mandiri bisa dilakukan
setiap saat, seminggu 1X, 2 X seminggu atau jika ingin lebih akurat adalah
memeriksakan HbA1C sedikitnya3-6 bulan seX. Hal ini disebabkan penggantian sel
darah secara alami terjadi setiap 3 bulan seX, sehingga dengan melakukan
pengecekan HbA1C minimal 3 bulan sekali akan diketahui riwayat gula darah
selama 3 bulan. Pengambilan darah untuk pengechekan HbA1C dilakukan melalui
pembuluh darah Vena, bukan seperti pengechekan gula darah biasa lewat ujung
jari. Hasil Laboratorium HbA1C harus dikonsultasikan ke dokter untuk
mendapatkan resume. Hasil itu akan menunjukkan seberapa besar tingkat gula
darah selama 3 bulan, dan akan menunjukkan seberapa parah penyakit diabetes
seseorang.
Bersama Prof Sidhartawan |
Prof Sidhartawan juga menjelaskan pentingnya
penyandang diabetes melakukan screening, diagnose awal dan mendapatkan
pengobatan yang dibutuhkan melalui tata laksana yang terintegrasi secara
menyeluruh. Screening diabetes tipe 2 sangat penting untuk dapat memodifikasi
dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan kematian dini (premature).
Dr Lilik Sulistyowati menjelaskan dalam
menanggulangi tantangan-tantangan akibat diabetes tersebut, Kementerian kesehatan
mengutamakan upaya promotif dan preventif, salah satunya melalui revitalisasi
puskesmas sebagai layanan tingkat primer, karena implementasi pengobatan di era
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertumpu pada pelayanan puskesmas sebagai
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. (FKTP). Diharapkan dengan peningkatan
pelayanan di puskesmas maka tatalaksana pengobatan diabetes dapat dilakukan
secara menyeluruh.
Beberapa pernyataan dari Dr Lilik mengingatkan
saya untuk terus dan tidak bosan membagi informasi seperti ubah gaya hidup
dengan Pola hidup CERDIK, memberikan edukasi secara bertahap, yang belum tahu
jadi paham, yang sudah paham mulai mengubah gaya hidupnya. Dari waktu ke waktu Kementerian
Kesehatan berusaha melakukan upaya-upaya agar yang sehat tidak menjadi sakit,
yang sakit tidak menjadi cacat, dan yang cacat tidak bertambah parah.
contoh hasil pemeriksaan HbA1C |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar