Bagi masyarakat Indonesia nama
Valentino Rossi adalah nama yang sangat akrab di telinga. Kemunculannya di
berbagai iklan otomotif bersama pelawak Komeng seakan Rossi adalah warga negara
istimewa yang mampu menyapa dengan bahasa Indonesia meski dengan lafal yang
unik. Rossi adalah kebanggaan Indonesia karena ia mewakili sportifitas
olahragawan yang pantang menyerah walau usianya sudah termasuk senja untuk
olahraga otomotif. Sementara rekan-rekannya yang seusia seperti Loris Capirossi, Kenny Roberts jr sudah lama memutuskan untuk pensiun atau pindah ke Superbike, Rossi masih bertahan bahkan ia menginginkan tetap memacu motornya hingga usia 40 tahun.
Balapan tahun 2015 adalah puncak kegemilangan
dan menjadi masa yang paling mengharukan bagi "The Doctor". Rossi mampu bertahan hingga menjelang akhir musim
balapan dengan menduduki posisi teratas klasemen, hanya terpaut 7 poin
dari posisi ke 2 yang ditempati Jorge Lorenzo. Ditengah kemelut insiden
terjatuhnya Baby Alien Marc Marquez yang bersenggolan dengan Rossi, akhirnya
juara dunia jatuh ke tangan Jorge Lorenzo. Di sirkuit Valencia Spanyol, duo
Spanyol Marc Marquez dan Jorge Lorenzo seakan-akan bahu membahu dan saling
menjaga jarak untuk menjegal Rossi.
Menempati posisi balap 20 pada
akhir balapan, akibat hukuman penalty dan pengurangan poin akibat insiden
sirkuit Sepang di balapan sebelumnya, seolah sudah membunuh Rossi sebelum
bertanding. Tetapi dengan semangat baja dan modal pengalaman 7X juara dunia,
Rossi tetap memacu motornya dan finis di urutan 4 dibelakang Jorge, Marquez dan
Pedrosa. Bahkan menit-menit terakhir, Rossi masih terlihat beradu kencang
dengan Pedrosa untuk meraih posisi 3, meski akhirnya Rossi menyerah. Meski
hanya menduduki posisi ke 2, Rossi dinobatkan sebagai Player of the Year dan
banyak meraih simpati masyarakat dunia, termasuk Indonesia.
Rossi, Rossifumi, julukan yang
diberikan temannya karena kekaguman Rossi terhadap pembalap Jepang
Norick-Norifumi-Abe ketika debut balapannya dimulai di kelas 125 cc bersama Gauloises
Fortuna Yamaha. Setelah naik ke kelas 500cc pada musim 2000 Rossi berpendapat
untuk olahraga sekeras MotoGP butuh keseriusan dan ia merasa dirinya bukan anak
kecil lagi, selain itu ia juga menyukai ide sebagi ilmuwan gila dan melakukan
eksperimen edan, sehingga ia menjuluki dirinya sendiri “The Doctor”. MotoGP
tidak membutuhkan seorang superhero, katanya, tetapi lebih membutuhkan
ketenangan, kalem dan pemikir seperti seorang dokter.
Kini Rossi menapak tahun ke 20
musim balapnya sejak 1996 dan bertekad untuk memenangi juara dunia ke 8. Rossi
puasa gelar sejak tahun 2009 saat ia bergabung dengan Yamaha. Pembalap berusia
37 tahun ini telah berkali-kali ganti pabrikan, mulai dari Honda, Yamaha,
Ducati sebelum kembali bersama Yamaha Movistar. Kemarin Rossi baru saja
membuktikan bahwa ia masih sangat diperhitungkan dengan memenagi seri Race di
Jerez, Spanyol. Menggunguli Lorenzo dan Marquez, kini Rossi menempati posisi 3
klasemen sementara dengan 33 poin. Jatuhnya Rossi di Seri Austin Amerika
mengakibatkan tidak bertambahnya poin Rossi karena ia tidak bisa mengikuti
balapan sampai finis.
Rossi adalah lambang semangat
olahragawan professional yang perlu menjadi panutan bagi semua olahragwan
termasuk olahragawan di Indonesia. Tidak banyak olahragwan yang masih bisa
menorehkan tinta emas di penghujung karirnya. Orang malah sering melepas dan
mundur ketika berada di puncak karir, karena khawatir tidak mampu dan alasan usia.
Padahal dengan ketekunan, disiplin dan semangat meraih prestasi masih bisa
memertahankan kondisi kesehatan dan kekuatan. Belum lagi perkembangan teknologi
yang dapat mengukur secara detail kebutuhan asupan gizi, nutrisi dan kalori
seseorang dapat mempertahankan kemampuan tubuh agar tetap prima, tetap dalam
puncak kebugaran. Ketenaran dan materi yang berkelimpahan bukan menjadi alasan
untuk menghindari disiplin.
Bravo Rossi, bravo Italian
Riders..