“Maaa, aku berangkat yaa” teriak Funny Van dari teras rumah sambil naik
di jok motor yang sudah dipanaskan sejak 10 menit lalu.
“Aku juga berangkat Ma,” kata The
Best Bast sambil naik di motor yang lain. Ke duanya menderu secara bersamaan
keluar dari teras rumah.
“Heiii, sudah sarapan belum? Tanya
Mamanya sambil berlari dari dalam rumah.
“Nggak Ma, udah telat nih” jawab
Funny Van, “Ya udah kesiangan” tambah The Best Bast.
“Baru juga setengah enam lewat”
jawab si Mama.
“Daag Mama” ucap mereka berdua.
Gaya hidup tergesa-gesa
seolah-olah menjadi gaya hidup yang umum dialami setiap keluarga di kota besar
seperti keluarga di atas. Patokan mulainya aktivitas tidak lagi berdasar pada
jarum jam di dinding, tapi terang sinar matahari. Jika melihat hirukpikuknya aktivitas
masyarakat pagi hari, dimana sudah banyak orang yang cepat-cepat pergi ke
tempat kerja atau memburu rejeki. Masyarakat perkotaan berpacu dengan waktu
mengejar jadwal kerja yang panjang, kemacetan lalu lintas serta tuntutan
produktifitas kerja yang terus meningkat. Aktivitas yang dimulai sejak pagi
hari hingga larut malam sudah menjadi kebiasaan yang terlihat dimana-mana,
termasuk anak-anak sekolah yang harus berangkat lebih awal setelah jam sekolah maju
mulai pukul 6.30.
Waktu aktivitas yang lebih panjang
jika dibandingkan 10 atau 15 tahun lalu, termasuk pergi dan pulang menuju
tempat kerja, sekolah atau beraktivitas setiap hari, memerlukan stamina dan
kesehatan yang prima. Meski rata-rata hanya 5 hari seminggu, akibat tuntutan
dan gaya hidup saat ini, masyarakat kota rentan terserang penyakit, terutama
penyakit akibat gaya hidup itu sendiri.
Sarapan bisa saja menjadi
kegiatan yang sering terlewatkan bahkan sering diabaikan, karena tuntutan
pekerjaan atau kondisi lalu lintas yang memaksa orang untuk pergi lebih pagi.
Sarapan di rumah dianggap membuang waktu, dan kemudian lebih memilih sarapan di
kantor atau di sekolah. Akibatnya waktu sarapanpun menjadi molor, bahkan lebih
sering brunch, istilah sarapan yang digabung dengan lunch, -breakfast and
lunch.
Terkait dengan membiasakan gaya hidup
sehat, saya cukup gembira ketika diajak untuk mengikuti diskusi dan konpers
BELVITA, yang diselenggarakan di sebuah hotel berbintang 5 di Jakarta beberapa
waktu lalu. Selain acaranya yang pasti mewah, jarang masalah sarapan dibahas
dikaitkan dengan gaya hidup. Yang hadir untuk berbicara juga bukan sembarangan,
salah satunya adalah Profesor Hardinsyah MS PhD, seorang professor Gizi FEMA
IPB, yang menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizidan Pangan
Indonesia (PERGIZI PANGAN Indonesia) dan Ketua Umum Asosiasi Pendidikan Tinggi
Gizi Indonesia (AIPGI). Pembicara lain yang tampil, Andra Alodita, seorang
selebiriti blogger yang juga berprofesi sebagai photographer.
Sunil Tahir |
Acara ini digagas Mondelez
Indonesia ini mengambil thema, Wholesome and Balanced Breakfast for Productive
On The Go lifestyle. Dimulai dengan makan siang yang super lengkap dan
dilanjutkan sesi photo booth BELVITA, diskusi diawali dengan sambutan Presiden
Mondelez Indonesia Sunil Tahir. Dalam sambutannya Sunil mengungkapkan, Mondelez
berkomitmen menciptakan produk yang sesuai dengan perubahan gaya hidup dan
kebutuhan akan kesehatan konsumen. Mondelez meluncurkan BELVITA, biscuit yang
dibuat khusus sarapan karena mengandung sereal whole grain (gandum utuh) yang
mengandung karbohidrat dan 5 vitamin yang sangat dibutuhkan tubuh.
Prof Hardinsyah menerangkan sedikitnya
30% rata-rata wanita dewasa jarang atau tidak sarapan pagi hari sesuai dengan
data ang diperoleh dari 5 kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya
dan Makassar. Alasannya mulai dari tidak
terbiasa, waktu yang sangat terbatas, takut gemuk sampai karena memang tidak
ada makanan yang akan disantap untuk sarapan.
Menurut Prof Hardinsyah, pola
hidup yang sehat harusnya diawali dengan sarapan yang sehat dan seimbang. Sarapan
seimbang itu artinya cukup karbo, serat, protein dan vitamin. Kegiatan atau
aktifitas fisik yang dimulai dengan sarapan yang sehat dan seimbang dapat
memicu semangat kerja atau belajar untuk waktu yang cukup lama, sampai waktu
makan siang. Sarapan yang baik kalau lambat diproses di dalam tubuh sehingga
menimbulkan efek kenyang yang cukup lama juga. Kalau makanan itu cepat diproses
dan dicerna, biasanya perut akan cepat merasa lapar. Whole grain (gandum utuh)
yang banyak mengandung karbohidrat cenderung lambat diproses di dalam tubuh,
sehingga baik untuk pencernaan terutama penderita diabetes, karena lambat untuk
diubah menjadi gula darah.
Andra Alodita, food blogger yang
juga photographer berbagi pengalaman tentang konsumsi sarapan yang biasa
dikonsumsi keluarga kecilnya. Ibu dari batita ini mengatakan, ia terbantu
dengan adanya sarapan praktis seperti biscuit BELVITA, karena ia cukup
menambahkan segelas susu atau buah-buahan, asupan karbo dalam BELVITA sudah
cukup mengenyangkan. Ia biasa makan 1 atau 2 bungkus BELVITA (sekitar 40 g)
dengan ditambah buah2an dan segelas susu. Ia juga menyebutkan dengan adanya 2
rasa, Susu dan Sereal serta Coklat, ia
dapat berganti-ganti varian sehingga tidak bosan.
Menurut Andra, dengan aktivitas
yang sibuk di kota besar seperti Jakarta, memang perlu ada solusi sarapan
praktis yang sehat dan seimbang, agar tubuh tetap dapat fit dan bertenaga
sampai jadwal makan siang. Belum lagi dengan kondisi lalu lintas yang padat,
BELVITA dapat dikonsumsi sambil perjalanan ke tempat kerja, atau sekolah bagi
anak-anak. Kemasan praktis 2 tangkup BELVITA bisa masuk di kantong atau tas
kecil yang tidak repot, katanya.