Minggu, 24 April 2016

Valentino “The doctor” Rossi, the Italian riders

Bagi masyarakat Indonesia nama Valentino Rossi adalah nama yang sangat akrab di telinga. Kemunculannya di berbagai iklan otomotif bersama pelawak Komeng seakan Rossi adalah warga negara istimewa yang mampu menyapa dengan bahasa Indonesia meski dengan lafal yang unik. Rossi adalah kebanggaan Indonesia karena ia mewakili sportifitas olahragawan yang pantang menyerah walau usianya sudah termasuk senja untuk olahraga otomotif. Sementara rekan-rekannya yang seusia seperti Loris Capirossi, Kenny Roberts jr sudah lama memutuskan untuk pensiun atau pindah ke Superbike, Rossi masih bertahan bahkan ia menginginkan tetap memacu motornya hingga usia 40 tahun.
Balapan tahun 2015 adalah puncak kegemilangan dan menjadi masa yang paling mengharukan bagi "The Doctor". Rossi mampu bertahan hingga menjelang akhir musim balapan dengan menduduki posisi teratas klasemen, hanya terpaut 7 poin dari posisi ke 2 yang ditempati Jorge Lorenzo. Ditengah kemelut insiden terjatuhnya Baby Alien Marc Marquez yang bersenggolan dengan Rossi, akhirnya juara dunia jatuh ke tangan Jorge Lorenzo. Di sirkuit Valencia Spanyol, duo Spanyol Marc Marquez dan Jorge Lorenzo seakan-akan bahu membahu dan saling menjaga jarak untuk menjegal Rossi.
Menempati posisi balap 20 pada akhir balapan, akibat hukuman penalty dan pengurangan poin akibat insiden sirkuit Sepang di balapan sebelumnya, seolah sudah membunuh Rossi sebelum bertanding. Tetapi dengan semangat baja dan modal pengalaman 7X juara dunia, Rossi tetap memacu motornya dan finis di urutan 4 dibelakang Jorge, Marquez dan Pedrosa. Bahkan menit-menit terakhir, Rossi masih terlihat beradu kencang dengan Pedrosa untuk meraih posisi 3, meski akhirnya Rossi menyerah. Meski hanya menduduki posisi ke 2, Rossi dinobatkan sebagai Player of the Year dan banyak meraih simpati masyarakat dunia, termasuk Indonesia.
Rossi, Rossifumi, julukan yang diberikan temannya karena kekaguman Rossi terhadap pembalap Jepang Norick-Norifumi-Abe ketika debut balapannya dimulai di kelas 125 cc bersama Gauloises Fortuna Yamaha. Setelah naik ke kelas 500cc pada musim 2000 Rossi berpendapat untuk olahraga sekeras MotoGP butuh keseriusan dan ia merasa dirinya bukan anak kecil lagi, selain itu ia juga menyukai ide sebagi ilmuwan gila dan melakukan eksperimen edan, sehingga ia menjuluki dirinya sendiri “The Doctor”. MotoGP tidak membutuhkan seorang superhero, katanya, tetapi lebih membutuhkan ketenangan, kalem dan pemikir seperti seorang dokter.
Kini Rossi menapak tahun ke 20 musim balapnya sejak 1996 dan bertekad untuk memenangi juara dunia ke 8. Rossi puasa gelar sejak tahun 2009 saat ia bergabung dengan Yamaha. Pembalap berusia 37 tahun ini telah berkali-kali ganti pabrikan, mulai dari Honda, Yamaha, Ducati sebelum kembali bersama Yamaha Movistar. Kemarin Rossi baru saja membuktikan bahwa ia masih sangat diperhitungkan dengan memenagi seri Race di Jerez, Spanyol. Menggunguli Lorenzo dan Marquez, kini Rossi menempati posisi 3 klasemen sementara dengan 33 poin. Jatuhnya Rossi di Seri Austin Amerika mengakibatkan tidak bertambahnya poin Rossi karena ia tidak bisa mengikuti balapan sampai finis.
Rossi adalah lambang semangat olahragawan professional yang perlu menjadi panutan bagi semua olahragwan termasuk olahragawan di Indonesia. Tidak banyak olahragwan yang masih bisa menorehkan tinta emas di penghujung karirnya. Orang malah sering melepas dan mundur ketika berada di puncak karir, karena khawatir tidak mampu dan alasan usia. Padahal dengan ketekunan, disiplin dan semangat meraih prestasi masih bisa memertahankan kondisi kesehatan dan kekuatan. Belum lagi perkembangan teknologi yang dapat mengukur secara detail kebutuhan asupan gizi, nutrisi dan kalori seseorang dapat mempertahankan kemampuan tubuh agar tetap prima, tetap dalam puncak kebugaran. Ketenaran dan materi yang berkelimpahan bukan menjadi alasan untuk menghindari disiplin.

Bravo Rossi, bravo Italian Riders..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar