Sabtu, 23 April 2016

Implan Gigi, pengalaman yang mendebarkan

Ingat ucapan Ruhut Sitompul" Mulutmu harimaumu" tentu akan mengingatkan betapa pentingnya mulut dan berhati-hati terhadap apa yang akan kita ucapkan. Menjaga mulut itu penting, baik secara fisik maupun perkataan. Menjaga kebersihan mulut terutama gigi sudah diajarkan sejak kecil, gosok gigi, berkumur minimal 2 kali sehari, pagi dan sebelum tidur. Artinya kebersihan gigi adalah salah satu menjaga usaha menjaga kebersihan mulut.

Bau mulut juga merupakan masalah yang sering menggangu, Bau mulut bahkan dapat meruntuhkan kepercayaan diri seseorang. Bayangkan ketika kita baru saja membuka mulut untuk berbicara, orang bereaksi mengernyitkan kening kemudian menutup hidung, kontan akan membuat kita mengurungkan niat untuk berbicara.

Pengalaman ke dokter gigi harusnya dibiasakan sejak kecil, kontrol istilah kerennya. Ke dokter gigi bukan berarti kalau gigi kita sakit. Setidaknya setiap 6 bulan sekali, hendaknya kita mengajak anak-anak untuk periksa gigi. membersihkan karang gigi. Memeriksa apakah sudah terjadi pengeroposan atau berlubang. Periksa ke dokter gigi juga cara mengantisipasi jika terjadi radang gusi, sariawan atau radang mulut lainnya.

Setalah berpuluh tahun tidak pernah ke dokter gigi akibat trauma, kemarin saya nekad untuk implan gigi. Kondisi gigi memang sudah tidak baik, selian beberapa sudah tanggal dan patah, gigi yang lainj juga keropos dan tanggal sebagian meninggalkan akar gigi. Implan gigi ini karena ada tawaran perawatan menarik dari sebuah klinik gigi di bilangan Thamrin jakarta Pusat. Mulanya saya tidak tahu apa sebenarnya yang dimaksud dengan implan gigi, tetapi berhubung kondisi gigi yang sudah mengganggu, saya iyakan ajakan untuk melakukan implan gigi.

Beberapa hari setelah  pemeriksaan, saya mencoba mencari tahu lebih banyak apa implan gigi itu. Ternyata dari beberapa video yang saya lihat betapa mengerikannya proses itu. Tetapi apa boleh buat, janji telah dilakukan dan proses pembuatan stuktur gigi yang akan diimplan sudah dilakukan. Bahkan wanti-wanti petugas di klinik gigi itu mengatakan, please, bapak jangan sampai tidak datang ya, karena proses pendaftaran, pemeriksaan dan pelaksanaan implan gigi ini harus komit (berkomitmen maksudnya). Sayapun dengan berani mati mengiyakan janji tersebut.

Sampai pada hari H, saya setiap hari rajin menggosok gigi, bahkan sampai 5-6 kali setiap hari, terutama sesudah makan. Maksudnya jangan sampai para dokter gigi itu menemukan slilit (sisa makanan) di sela-sela gigi saya atau mencium bau tak sedap yang keluar dari mulut saya. Setelah duduk di kursi pemeriksaan dan berbaring, barulah teringat ucapan Bang Ruhut, si raja Minyak, Mulutmu Harimaumu. Betapa malu melihat konstuksi rontgen gigi yang tidak beraturan dan sejumlah akar gigi yang masih tertinggal.
Sebenarnya trauma masa kecil ketika ke dokter gigi masih membayangi di pikiran saya. Pertumbuhan gigi depan yang tidak normal, dan menonjol keluar diputuskan oleh dokter agar dicabut. Teknologi kedokteran awal tahun 70an mungkin masih sederhana sehingga proses pencabutan gigi itu sampai membuat saya dan ibu saya sekaligus. Trauma itu akhirnya yang menyebabkan saya memilih untuk tidak ke dokter gigi meskipun mengalami sakit gigi selama sekian puluh tahun.

Di kursi pesakitan tempat saya berbaring, saya dikelilingi beberapa dokter yang masih muda, cantik dan tampan. Senyum mereka tidak bisa saya lihat terbungkus masker hijau. Rasa gentar dan malu sebenarnay lebih mendominasi dibanding rasa takut. Rasanya seperti membuka aurat dan telanjang di hadapan mereka, meski sebenarnya saya masih berpakaian lengkap.

Di kursi pesakitan inilah saya teradili untuk sekian puluh tahun yang telah saya lakukan terhadap mulut saya sendiri. Pecandu kopi yang sering menyeruput panas-panas dari air yang baru mendidih. Minum air dingin setelah makan atau ngemil, juga penikmat air soda yang mengakibatkan rapuhnya gigi, menyebabkan runtuhnya kepercayaan diri di hadapan para dokter gigi bercadar masker hijau. Dengan sangat terpaksa menahan malu, membuka mulut selama sekian puluh menit dan tidak mampu mengatupkan rahang.

Proses implan gigi adalah teknologi menanam gigi palsu secara permanen di tulang rahang dengan bahan titanium YANG PROSESNYA BERTAHAP. Setelah pemasangan akar gigi yang terbuat dari bahan anti karat, bagian rahang yang ditanam dijahit untuk proses pemulihan dan adaptasi. Setelah seminggu jahitan akan dibuka, untuk kemudian menunggu sampai proses adaptasi tubuh dengan bahan “asing” selama 3-4 bulan. Setelah 3-4 bulan baru pemasangan mahkota gigi yang terbuat dari porselen.

Selama 1.5 jam proses pemasangan akar gigi, disobek, dibor dan akhirnya dipasang akar gigi buatan itu benar-benar proses yang tidak terlupakan. Jika anda belum pernah membuka mulut selama 1 jam atau lebih, bisa bayangkan betapa lelahnya saya. Barangkali tidak heran jika pesakitan dan terdakwa seperti Nassarudin cepat-cepat membuka mulut dan menyebut pihak sana dan sini yang ikut terlibat kasus korupsi bersamanya. Nassarudin pasti memilih bungkam kalau tahu implant gigi lebih menyakitkan daripada menjadi terdakwa.

1 komentar:

  1. Thanks for sharing pak..

    Boleh tau berapa biaya implan giginya & di klinik mana? Saya juga ada gigi ompong yang bikin kurang percaya diri :(

    BalasHapus