Ingat ucapan Ruhut Sitompul" Mulutmu harimaumu" tentu
akan mengingatkan betapa pentingnya mulut dan berhati-hati terhadap apa yang
akan kita ucapkan. Menjaga mulut itu penting, baik secara fisik maupun
perkataan. Menjaga kebersihan mulut terutama gigi sudah diajarkan sejak kecil,
gosok gigi, berkumur minimal 2 kali sehari, pagi dan sebelum tidur. Artinya
kebersihan gigi adalah salah satu menjaga usaha menjaga kebersihan mulut.
Bau mulut juga merupakan masalah yang
sering menggangu, Bau mulut bahkan dapat meruntuhkan kepercayaan diri
seseorang. Bayangkan ketika kita baru saja membuka mulut untuk berbicara, orang
bereaksi mengernyitkan kening kemudian menutup hidung, kontan akan membuat kita
mengurungkan niat untuk berbicara.
Pengalaman ke dokter gigi harusnya
dibiasakan sejak kecil, kontrol istilah kerennya. Ke dokter gigi bukan berarti
kalau gigi kita sakit. Setidaknya setiap 6 bulan sekali, hendaknya kita
mengajak anak-anak untuk periksa gigi. membersihkan karang gigi. Memeriksa
apakah sudah terjadi pengeroposan atau berlubang. Periksa ke dokter gigi juga
cara mengantisipasi jika terjadi radang gusi, sariawan atau radang mulut
lainnya.
Setalah berpuluh tahun tidak pernah ke dokter
gigi akibat trauma, kemarin saya nekad untuk implan gigi. Kondisi gigi memang
sudah tidak baik, selian beberapa sudah tanggal dan patah, gigi yang lainj juga
keropos dan tanggal sebagian meninggalkan akar gigi. Implan gigi ini karena ada
tawaran perawatan menarik dari sebuah klinik gigi di bilangan Thamrin jakarta
Pusat. Mulanya saya tidak tahu apa sebenarnya yang dimaksud dengan implan gigi,
tetapi berhubung kondisi gigi yang sudah mengganggu, saya iyakan ajakan untuk
melakukan implan gigi.
Beberapa hari setelah pemeriksaan,
saya mencoba mencari tahu lebih banyak apa implan gigi itu. Ternyata dari
beberapa video yang saya lihat betapa mengerikannya proses itu. Tetapi apa
boleh buat, janji telah dilakukan dan proses pembuatan stuktur gigi yang akan diimplan
sudah dilakukan. Bahkan wanti-wanti petugas di klinik gigi itu mengatakan,
please, bapak jangan sampai tidak datang ya, karena proses pendaftaran,
pemeriksaan dan pelaksanaan implan gigi ini harus komit (berkomitmen
maksudnya). Sayapun dengan berani mati mengiyakan janji tersebut.
Sampai pada hari H, saya setiap hari rajin
menggosok gigi, bahkan sampai 5-6 kali setiap hari, terutama sesudah makan.
Maksudnya jangan sampai para dokter gigi itu menemukan slilit (sisa makanan) di
sela-sela gigi saya atau mencium bau tak sedap yang keluar dari mulut saya.
Setelah duduk di kursi pemeriksaan dan berbaring, barulah teringat ucapan Bang
Ruhut, si raja Minyak, Mulutmu Harimaumu. Betapa malu melihat konstuksi rontgen
gigi yang tidak beraturan dan sejumlah akar gigi yang masih tertinggal.
Sebenarnya trauma masa kecil ketika ke dokter gigi masih
membayangi di pikiran saya. Pertumbuhan gigi depan yang tidak normal, dan
menonjol keluar diputuskan oleh dokter agar dicabut. Teknologi kedokteran awal
tahun 70an mungkin masih sederhana sehingga proses pencabutan gigi itu sampai
membuat saya dan ibu saya sekaligus. Trauma itu akhirnya yang menyebabkan saya
memilih untuk tidak ke dokter gigi meskipun mengalami sakit gigi selama sekian
puluh tahun.
Di kursi pesakitan tempat saya berbaring, saya dikelilingi
beberapa dokter yang masih muda, cantik dan tampan. Senyum mereka tidak bisa
saya lihat terbungkus masker hijau. Rasa gentar dan malu sebenarnay lebih
mendominasi dibanding rasa takut. Rasanya seperti membuka aurat dan telanjang
di hadapan mereka, meski sebenarnya saya masih berpakaian lengkap.
Di kursi pesakitan inilah saya teradili untuk sekian puluh tahun
yang telah saya lakukan terhadap mulut saya sendiri. Pecandu kopi yang sering
menyeruput panas-panas dari air yang baru mendidih. Minum air dingin setelah
makan atau ngemil, juga penikmat air soda yang mengakibatkan rapuhnya gigi,
menyebabkan runtuhnya kepercayaan diri di hadapan para dokter gigi bercadar
masker hijau. Dengan sangat terpaksa menahan malu, membuka mulut selama sekian
puluh menit dan tidak mampu mengatupkan rahang.
Proses implan gigi adalah teknologi menanam gigi palsu secara
permanen di tulang rahang dengan bahan titanium YANG PROSESNYA BERTAHAP. Setelah
pemasangan akar gigi yang terbuat dari bahan anti karat, bagian rahang yang
ditanam dijahit untuk proses pemulihan dan adaptasi. Setelah seminggu jahitan
akan dibuka, untuk kemudian menunggu sampai proses adaptasi tubuh dengan bahan “asing”
selama 3-4 bulan. Setelah 3-4 bulan baru pemasangan mahkota gigi yang terbuat
dari porselen.
Thanks for sharing pak..
BalasHapusBoleh tau berapa biaya implan giginya & di klinik mana? Saya juga ada gigi ompong yang bikin kurang percaya diri :(