Minggu, 20 November 2016

Menghayati peran dan kedudukan Awak Mobil Tanki dalam distribusi BBM di Indonesia

Awalnya saya mengira undangan PT Pertamina Patra Niaga yang mengundang para Blogger termasuk saya adalah undangan biasa. Undangan yang kerap saya hadiri, terutama untuk sosialisasi kebijakan atau informasi baru seperti halnya sebuah institusi atau lembaga.
Nyatanya sedikit berbeda ketika saya dan beberapa rekan, bahkan ada yang datang dari Surabaya, saat bertemu  Pjs Manajer External Communication di kantor Pusat Pertamina, Ibu Susilowati. Beliau yang sudah bekerja lebih dari 30 tahun memberikan informasi tentang isu akan mogok kerjanya awak mobil tanki yang bekerja di Terminal Bahan Bakar Minyak Plumpang Jakarta Utara yang perlu dijernihkan dan diklarifikasi agar tidak berkembang menjadi isu yang kontra produktif.
Isu mogok kerja ini sudah berlangsung sejak awal November lalu, tepatnya tgl 1 – 4 Novemeber. Menurut beliau isu ini dikembangkan secara massif di media social dengan melibatkan berbagai federasi buruh. Isu mogoknya Awak Mobil Tanki (AMT) ini jika dibiarkan dan terus dihembuskan secara negative dikhawatirkan akan mengganggu proses distribusi bahan bakar minyak ke seluruh Jabodetabek hingga Sukabumi.
Padahal isu ini tidak begitu nyata terdengar, karena mengingat awal November lalu ada isu yang jauh lebih besar tentang  penistaan agama. Meski demikian ternyata isu mogok AMT yang bekerja mendistribusikan Bahan Bakar Minyak dari Terminal Bahan Bakar Minyak yang dikelola  PT Pertamina Patra Niaga dianggap sangat serius sehingga memerlukan klarifikasi lewat para blogger untuk meredam isu itu.
Dari informasi yang saya peroleh membawa kami dan rombongan bertandang ke TBBM Plumpang untuk menyaksikan lebih dekat dan menggali informasi yang sesungguhnya terjadi. Di Plumpang, kami diterima oleh beberapa pejabat Pertamina Patra Niaga, seperti  Bpk. Bahtra Insan Tarigan, Manager Corporate Communication & CSR, serta beberapa staff dan supervisor TBBM Plumpang.
Distribusi bukan core bisnis
Dari Bpk. Bahtra Insan saya peroleh informasi, isu mogok AMT yang sudah berlangsung selama 16 hari sejak 1 November lalu pada intinya adalah tuntutan para AMT untuk menjadi karyawan tetap Pertamina, karena selama ini mereka hanyalah tenaga kerja yang dioutsourcing oleh PT Pertamina, khususnya PT Pertamina Patra Niaga.
Tuntutan yang disuarakan sekitar 100 orang dari 1200 AMT yang bekerja mendistribusikan BBM dari TBBM Plumpang ternyata telah ditunggangi oleh beberapa federasi buruh di sekitar lokasi TBBM seperti buruh pelabuhan dll. Pasdahal tuntutan yang sama sebenarnya sudah inkrah sejak tahun 2014 lalu dengan keputusan tingkat kasasi yang memutuskan bahwa tidak mungkin AMT diangkat sebagai karyawan tetap Pertamina, karena antara AMT dan PT Pertamina khususnya PT Pertamina Patra Niaga tidak ada hubungan kerja secara langsung.
Menurut Bpk. Bahtra, pekerjaan distribusi BBM bukanlah core bisnis dari Pertamina, atau PT Pertamina Patra Niaga tetapi pekerjaan itu tetap penting dilakukan karena menyangkut harkat hidup orang banyak. Karena bukan core bisnis maka pekerjaan distribusi itu diserahkan kepada pihak ketiga dengan diawasi secara ketat oleh PT PPN. Karena itulah PT PPN menganggap tuntutan AMT sulit untuk dikabulkan, apalagi dalam kontrak kerja kepada para Vendor yang menyediakan SDM AMT sudah djelaskan filosofi pekerjaan AMT tersebut.
PT Pertamina bukanlah satu-satunya perusahaan yang melakukan pekerjaan dari negara, melainkan satu diantara beberapa perusahaan yang mendapatkan pekerjaannya melalui tender. Kontrak kerja dari negara  itu masa berlakunya setiap 2 tahun dan setiap 2 tahun dilakukan tender ulang. Karena perkerjaan pengelolaan Bahan Bakar Minyak itu sifatnya temporer dan massif, diperlukan pemisahan pekerjaan yang dilakukan langsung dan pekerjaan yang diserahkan kepada pihak ke 3. Karena distribusi ini hanya bersifat penunjang dan negara menugaskan bahan bakar yang dikelola harus sampai di SPBU, maka tugas itu tidak dapat ditolak. Pekerjaan itu akhirnya dilakukan  dengan cara mendelegasikan kepada pihak ke 3. PT PPN menyediakan sarana seperti mobil tanki dengan berbagai ukuran, sementara awak yang mengemudikan mobil tanki itu diserahkan pengelolaannya kepada Vendor yang mampu menyediakan tenaga-tenaga yang sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan.
Dengan demikian jelas perusahaan Vendor SDM mensuplly tenaga-tenaga yang kompeten untuk dipekerjakan membawa dan mendistribusikan BBM PT PPN dari TBBM Plumpang ke berbagai SPBU. TBBM Plumpang bertugas mensuplly BBM ke seluruh daerah Jabodetabek hingga Sukabumi.
Pertamina menjamin pasokan BBM tetap aman
Isu mogok AMT ini sebenarnya sudah berulangkali dan biasanya hanya melibatkan beberapa orang yang tidak puas karena telah diputus kontrak akibat indisipliner atau hal-hal lain atau AMY bermasalah yang telah mendapat SP1 hingga SP3. Tetapi PT Pertamina menganggap proses distribusi bisa terganggu dan akan merugikan banyak orang jika AMT yang mogok mencapai 1000 orang seperti yang dihembuskan lewat media-media sosial. Karena itu meski sebenarnya bisa saja menolak, nyatanya PT PPN telah melakukan temu bicara sampai 4 X yang difasilitasi pihak kepolisian dengan diawasi pihak ketenaga kerjaan Jakarta.
PT PPN yang tidak mau mengambil resiko telah mengerahkan AMT cadangan yang selama ini belum bekerja untuk mengantisipasi kejadian yang terburuk. Sebanyak 400 AMT cadangan dari Jabodetabek dan 600 dari daerah telah dikerahkan dan dikumpulkan di TBBM Plumpamg. Ternyata isu mogok besar-besaran 4 November bertepatan dengan demo yang skalanya lebih besar tidak terjadi. AMT yang mogok berkisar 40 hingga 100 orang, sehingga sebenarnya proses distribusi tetap berlangsung normal dan tetap aman. Memang pada puncak aksi demo sempat membuat beberapa armada truk tanki tertahan di pintu keluar (Get Out), tetapi setelah PT PPN meminta aparat kepolisian menghalau aksi para AMT yang berdemo,armada truk tanki dapat keluar dengan aman dan tetap mendistribusikan BBM ke SPBU-SPBU dengan tanpa gangguan.
PERAN AMT Penting tapi mogok bukan alasan
Menurut Bpk. Bahtra Insan peran AMT sangat penting dalam mendistribusikan BBM kepada masyarakat, tetapi mogok kerja sebagai alasan untuk menuntut yang bukan haknya menurut beliau adalah salah. Perasaan bangga dan bersyukur sebagai AMT yang mendistribusikan BBM ke masyarakat tercermin dari pengakuan Pak Agus dan Pak Soleh, para AMT yang sempat kami temui dan wawancara di Plumpang. Pak Agus, asal Palembang, mengatakan  tetap mengaku sebagai crew driver BBM dan tidak mengaku-ngaku sebagai karyawan Pertamina jika ditanya apa pekerjaannya. Pria lulusan S1 Ekonomi yang tinggal di Bogor ini sudah bergabung sejak tahun 2007,  merasa perlakuan PT Pertamina melalui perusahaan PT SSS sebagai perusahaan Vendor sudah sangat baik. Terbukti ketika mengalami kecelakaan kerja, ia tidak mengeluarkan biaya sepeserpun, karena semua ditanggung oleh perusahaan. Bagi Pak Agus, meski telah berganti lebih dari 2 kali perusahaan vendor, pekerjaan sebagai AMT sangat disyukuri karena penghasilannya setiap tahun meningkat, baik karena UMP yang naik maupun adanya uang performance yang dirasakan memicu semangatnya untuk tetap bekerja dengan baik.
Demikian juga Pak Soleh, AMT asal Indramayu yang telah memiliki 2 orang anak dan sudah bergabung menjadi AMT sejak tahun 2007. Pak Soleh menilai pekerjaan AMT sebagai sebuah pekerjaan yang patut disyukuri karena ia mampu menyekolahkan anak-anaknya, dan saat ini putrinya yang pertama sudah duduk di bangku SLTA. Ketika ditanya mengenai unjuk rasa dan aksi demo yang dilakukan oleh kawan-kawannya sesama AMT, pak Soleh mengaku banyak mendapat curhat dari kawan-kawan yang menyesal telah ikut-ikut demo. Karena rata-rata para AMT tinggal berdekatan di sekitar depo Plumpang, banyak juga AMT yang mengatakan ingin kembali dan berharap dapat tetap dipekerjakan.
Menurut pak Bahtra, isu mogok dan unjuk rasa ini telah menghabiskan banyak biaya, karena Pertamina menganggap distribusi BBM adalah hal yang sangat sensitive. Tidak ada toleransi bagi mereka yang mencoba-coba mengganggu jalannya distribusi BBM karena itu adalah tugas dari negara dan PT PPN wajib mengamankan tugas itu berapapun biayanya. Jika saat ini PT PPN belum mengambil sikap tegas dan masih mau melakukan temu bicara, hal itu dilakukan karena PT Pertamina mengedepankan rasa kekeluargaan. Tetapi jika mengingat aksi demo ini sudah dilakukan lebih dari 2 minggu dan akibatnya AMT yang melakukan demo tidak melaksanakan perkerjaannya, tentu saja akan mendapat konsekwensi sesuai kontrak yang sesungguhnya akan segera berakhir di bulan Desember mendatang.

Sesungguhnya saya menjadi mengerti mengapa seharusnya AMT lebih bersyukur dibanding menuntut apa yang sebenarnya bukan hak mereka. Jika saja mereka mau bercermin kepada awak AMT yang telah bertahun-tahun bahkan belasan tahun bekerja, apa yang mereka dapatkan terbukti lebih baik daripada teman seprofesi yang bekerja di tempat lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar