Selasa, 22 November 2016

Waspada kebutaan, Diabetes Retinopati mengintai

Kehadiran saya di acara Simposium Nasional Hari Diabetes Internasional Kementerian Kesehatan kali ini mungkin yang ke sekian saat membahas penyakit Diabetes. Tak bosan-bosannya Kementerian Kesehatan mengadakan acara diskusi, seminar, launching dan lain-lain tentang diabetes menunjukkan betapa seriusnya Kementerian Kesehatan dalam mengatasi prevalensi penderita Diabetes di Indonesia.
Penyandang diabetes di Idonesia selama 10 tahun meningkat dengan tajam, bahkan orevalensi tahun 2030, diperkirakan akan mencapai 21.3 juta orang. Hal ini disebabkan banyak orang yang tidak sadar menderita dibetes karena gaya hidupnya. Berdasar data Riskesdas 2013, hanya 1 dari 3 orang yang sadar dirinya menyandang diabetes, sementara 2 lainnya tidak sadar.
Banyaknya masyarakat dewasa yang belum atau tidak sadar dirinya menderita diabetes karena masih rendahnya kemauan untuk memeriksakan diri secara mandiri. Pertanyaan ini mungkin sederhana, berapa kalikah pembaca (terutama usia lebih dari 40 tahun) memeriksakan gula darahnya dalam 1 bulan terakhir? Jawabannya mungkin berbeda-beda, ada yang rutin 1 minggu 1X, ada yang 1-2 X sebulan atau mungkin belum sama sekali. Mengapa memeriksakan gula darah sangat penting?
Penyakit yang digolongkan dengan Penyakit tidak menular ini lebih banyak diakibatkan gaya hidup yang tidak sehat. Direktur Pengendalian Penyakit tidak Menular, Dr. Lilik Sulistyowati, gaya hidup yang cenderung malas melakukan aktifitas fisik seperti olahraga, masih merokok, kurang istirahat, makanan yang tidak seimbang adalah penyebab golongan usia dewasa rentan menderita diabetes.
Diabetes merupakan penyakit tidak menular dengan tingkat kematian paling tinggi di dunia. Diabetes juga mengurangi produktivitas kerja dan tingkat pendapatan, mengurangi kualitas hidup yang kemudian mengarah kepada komplikasi selanjutnya, ungkap dr H.M Subuh, Direktur Jenderal pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, sebelum membuka symposium.
Dalam diskusi yang berlangsung di JHCC pertengahan November lalu, saya mendapat informasi baru yang sangat menarik. Acara seminar nasional tentang Diabetes menyambut hari Diabetes se dunia kali ini mengambil thema “Eyes on Diabetes”. Kali ini Kementerian Kesehatan mengajak untuk mencermati gangguan kesehatan mata akibat diabetes.
Dr Lilik Sulistyowati, dr HM Subuh MMPM, dan Prof Sidhartawan
Bagi saya yang menyandang diabetes sejak 2 tahun lalu, kesehatan mata saya memang sudah menurun, sehingga harus menggunakan kacamata baca jika ingin melihat sesuatu dakam jarak dekat. Membaca, menulis, atau bahkan mengetik di computer sudah tidak mampu saya lakukan dengan baik tanpa kacamata. Pada awalnya saya hanya menduga karena faktor U, usia yang tidak muda lagi memang sering saya baca akan mengalami penurunan penglihatan.
Tetapi dalam diskusi kali ini, ternyata diabetes dapat menyebabkan kebutaan, bukan hanya menurunkan fungsi penglihatan. Kebutaan yang disebut retinopaty adalah kondisi yang mempengaruhi kerja retina mata, yang merupakan lapisan syaraf yang berada di bagian belakang mata dan yang menangkap gambar yang dilihat mata dan mengirimkan informasinya ke otak agar dapat diterjemahkan oleh otak. Retinopati Diabetik pada awalnya menyebabkan pandangan mengabur dan dapat berkembang menjadi kebutaan jika tidak diobati. 
Dalam diskusi yang menghadirkan Prof. DR. dr. Sidhartawan Soegondo dijelaskan, Cepat atau lambat, diabetes akan menyebabkan komplikasi jika tidak diobati. Menurutnya Diabetes tipe 2 yang umumnya disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat dapat dicegah. Komplikasi itu dapat berujung pada bermacam-macam gangguan, mulai dari mata, jantung, darah tinggi yang dapat menyebabkan kematian. Diabetes adalah Ibu dari segala penyakit, sehingga logikanya jika diabetes adalah seorang ibu, ia akan melahirkan anak-anak berupa penyakit-penyakit lain. 80% penyandang diabetes dapat disembuhkan dengan  merubah gaya hidupnya.
Khusus untuk diabetes retinopaty, tidak ada gunanya mengkonsumsi wortwl atau vitamin A jika sudah mengalami gangguan itu, karena yang diserang adalah urat-urat syaraf yang menuju retina. Jika urat syarafnya sudah terganggu dan mengalami kerusakan, vitamin A, baik dalam bentuk obat atau kandungan dari wortel, tidak akan dapat dibawa. Istilahnya jalannya sudah rusak dan tidak bisa dilewati, sehingga tidak sampai ke tempat tujuan. Akibatnya penyandang diabetes retinopaty akan mengalami kemunduran penglihatan secara terus menerus hingga mengalami kebutaan. Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki jalan atau urat sayaraf yang rusak atau mencegah kerusakan lebih lanjut.
Untuk mencegah jangan sampai mengalami kerusakan lebih lanjut, maka gaya hidupnya yang perlu diubah. Sesuai dengan program CERDIK, dari Kementerian kesehatan, Check kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik atau berolahraga, Diet makan seimbang, Istirahat yang cukup dan kendalikan/Kelola Stress. Sangat penting adalah melakukan check kesehatan secara teratur, salah satunya adalah melakukan cek gula darah.
Cek gula darah mandiri bisa dilakukan setiap saat, seminggu 1X, 2 X seminggu atau jika ingin lebih akurat adalah memeriksakan HbA1C sedikitnya3-6 bulan seX. Hal ini disebabkan penggantian sel darah secara alami terjadi setiap 3 bulan seX, sehingga dengan melakukan pengecekan HbA1C minimal 3 bulan sekali akan diketahui riwayat gula darah selama 3 bulan. Pengambilan darah untuk pengechekan HbA1C dilakukan melalui pembuluh darah Vena, bukan seperti pengechekan gula darah biasa lewat ujung jari. Hasil Laboratorium HbA1C harus dikonsultasikan ke dokter untuk mendapatkan resume. Hasil itu akan menunjukkan seberapa besar tingkat gula darah selama 3 bulan, dan akan menunjukkan seberapa parah penyakit diabetes seseorang.
Bersama Prof Sidhartawan 
Prof Sidhartawan juga menjelaskan pentingnya penyandang diabetes melakukan screening, diagnose awal dan mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan melalui tata laksana yang terintegrasi secara menyeluruh. Screening diabetes tipe 2 sangat penting untuk dapat memodifikasi dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan kematian dini (premature).
Dr Lilik Sulistyowati menjelaskan dalam menanggulangi tantangan-tantangan akibat diabetes tersebut, Kementerian kesehatan mengutamakan upaya promotif dan preventif, salah satunya melalui revitalisasi puskesmas sebagai layanan tingkat primer, karena implementasi pengobatan di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertumpu pada pelayanan puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. (FKTP). Diharapkan dengan peningkatan pelayanan di puskesmas maka tatalaksana pengobatan diabetes dapat dilakukan secara menyeluruh.

Beberapa pernyataan dari Dr Lilik mengingatkan saya untuk terus dan tidak bosan membagi informasi seperti ubah gaya hidup dengan Pola hidup CERDIK, memberikan edukasi secara bertahap, yang belum tahu jadi paham, yang sudah paham mulai mengubah gaya hidupnya. Dari waktu ke waktu Kementerian Kesehatan berusaha melakukan upaya-upaya agar yang sehat tidak menjadi sakit, yang sakit tidak menjadi cacat, dan yang cacat tidak bertambah parah.


contoh hasil pemeriksaan HbA1C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar